Elvera N. Makki, director, country head of corporate affairs Citi Indonesia, baru kembali dari mengikuti program Eisenhower Fellowships. Dia berada di AS selama satu setengah bulan. Vera, sapaannya, berbagi inovasi untuk memberikan program literasi keuangan kepada generasi muda.
isenhower Fellowships berkantor pusat di Philadelphia, AS. Lembaga itu secara berkala melakukan pertukaran leaders. Baik dari seluruh dunia masuk ke AS maupun dari AS untuk belajar ke luar seperti Tiongkok, Jepang, Indonesia, dan Vietnam. Tujuannya membuat dunia lebih baik, lebih adil untuk seluruh komunitas di dunia. Harapannya, mereka saling memahami, baik secara budaya, teknologi, maupun inovasi.
Programnya bermacam-macam. Vera masuk dalam innovation program. Dari Indonesia, ada dua peserta. Setiap peserta mengajukan proposal terkait program inovasi yang ingin atau sedang dilakukan.
Vera mengajukan rancangan terkait literasi keuangan untuk generasi muda serta untuk young female. Vera berangkat pada 1 Oktober dan kembali ke Indonesia 15 November.
”Saya mengajukan proposal untuk implementasi program Indonesia Young Investor. Nanti dibuat platform online, aplikasi,” tutur perempuan kelahiran Jakarta, 26 Mei 1976 itu.
Misinya, anak-anak muda mendapatkan literasi keuangan yang mumpuni. Kemudian, mereka bisa membuat keputusan finansial yang lebih baik di masa depan. ”Dan membantu mereka untuk melakukan investasi sejak usia yang lebih awal,” lanjut Vera saat ditemui di kantornya, Citibank Tower, kawasan SCBD, Jakarta, Jumat (30/11).
Saat ini aplikasi tersebut mulai dirancang. Ditujukan untuk anak usia SD, SMP, SMA, hingga kuliah dengan rentang usia 8–25 tahun. Untuk usia SD 8–10 tahun, caranya membedakan kebutuhan dan keinginan. Pengenalan menabung.
”Juga mempelajari profesi, bagaimana mereka harus saling membantu, gotong royong,” papar Vera. Selanjutnya, untuk kategori usia 11–14 tahun (SMP), ditambahkan pengenalan berbagai jenis tabungan dan asuransi.
Kemudian, untuk rentang usia 15–17 tahun (SMA), mereka mulai bisa membuka rekening tabungan sendiri. Dikenalkan juga tentang risiko. ”Risiko merupakan hal penting. Setiap keputusan finansial yang dibuat, selalu ada risiko yang harus dikelola,” urainya.
Ada risiko tinggi, sedang, rendah. Contoh, investasi di pasar saham, risikonya lebih tinggi jika dibandingkan dengan investasi di pasar uang. Berikutnya, untuk rentang usia 18–25 tahun, ditambahkan nilai-nilai entrepreneurial skill dan stock market games.
Konten disajikan secara simpel, fun, serta dilengkapi gamification sehingga lebih mudah dipahami. Selama ini pemaparan tentang literasi keuangan dan investasi masih terasa sukar dipahami.
Dibutuhkan persiapan yang cukup lama. Mencakup riset mengenai tingkat pemahaman masyarakat serta produk yang benar-benar mereka butuhkan. ”Dari situ disusun konten serta technological tools,” beber Vera.
Aplikasi tersebut direncanakan launching pada 2019 atau 2020. Dari program Eisenhower Fellowships, Veramendapatkan insight dan masukan yang komprehensif. Dia bertemu banyak pihak yang terkait erat dengan program yang dijalankan. Mulai institusi content development, guru yang menjalankan program literasi keuangan, hingga ke Silicon Valley, mempelajari sisi teknologi.
Sebelumnya, Citibank melakukan rangkaian program edukasi Digital Financing Literacy for Children. Program edukasi terhadap murid-murid SD tersebut menggunakan pendekatan melalui tablet. Anak-anak diberi tablet. Ada pemateri yang memaparkan literasi keuangan dasar. Misalnya, pentingnya menabung, apa yang menjadi tujuan keuangan mereka.
Misalnya, naik kelas ingin membeli sepatu baru. Kemudian, ada simulasi dalam bentuk permainan monopoli secara berkelompok. Tujuannya, anak-anak paham pengetahuan keuangan dasar, membuat keputusan finansial, serta bisa bekerja sama.
Hingga saat ini program tersebut menjangkau lebih dari 4.000 murid SD di beberapa kota. Di antaranya, Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, serta Denpasar. ”Kami juga ekspansi ke Bogor dan akan ke Indonesia bagian timur,” sebut Vera yang bergabung dengan Citibank sejak 2015.
Vera menyebut, tingkat literasi keuangan di Indonesia baru 29 persen. Hal itu membuatnya tergerak untuk merancang program-program yang menyasar usia muda. ”Dimulai sedini mungkin sehingga generasi muda mampu membuat keputusan-keputusan finansial secara tepat,” harapnya.
0 comments:
Post a Comment