Akibat kejadian ini, Facebook pun kena batunya.
Saat ini para aktivis sedang menuntut Facebook bersikap soal kejadian tersebut.
“Penggunaan teknologi yang biadab ini mengingatkan pada pasar budak zaman dulu,” ujar George Otim, direktur kelompo amal negara Plan International South Sudan, kepada Reuters.
Terkait hal ini, juru bicara Facebook pun angkat bicara.
“Segala bentuk perdagangan manusia, apakah itu posting, halaman, iklan, atau grup yang mengoodinasikan aktivitas tersebut tidak diperbolehkan di Facebook,” ujarnya.
Dilaporkan Abc.net.au, menurut data UNICEF, lebih dari 50 persen anak perempuan di Sudan Selatan menikah di bawah umur. Di sana, batas usia pernikahan bagi perempuan adalah 18 tahun.
Pemerintah Sudan Selatan sendiri sudah mengecam praktik pernikahan anak di bawah umur ini.
Tapi bagaimana lag, mereka mengaku tidak bisa mengawasi kebiasaan tersebut, lebih-lebih yang tinggal di kawasan terpencil.
"Anda tidak bisa menyebut ini pelelangan, seperti ada penawaran harga tertinggi. Jadi ini bukan lelang. Bila anda melihat dari kaca mata Eropa, anda bisa menyebut ini lelang," kata juru bicara pemerintah Sudan Selatan Ateny Wek Ateny.
Ia juga menyuruh kita untuk melihat kejadian pelelangan di Facebook ini dari kaca mata Afrika.
"Ini adalah tradisi yang sudah berjalan ribuan tahun. Tidak ada kata yang bisa menjelaskannya dalam bahasa Inggris," ujarnya.
Terkait maraknya pernikahan di bawah umur, para aktivis menduga, tingginya angka kemiskinan, konflik yang berkepanjangan, rendahnya tingkat melek huruf, dan ketimpangan gender menjadi penyebabnya.
Mereka melihat, pernikahan anak-anak sebagai cara untuk melindungi perempuan dari seks sebelum menikah dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Yang lebih miris lagi, pernikahan anak ini digunakan sebagai sumber mahar yang bisa digunakan seperti ternak.
Setelah mendapatkan sekian banyak desakan, Facebook akhirnya mencabut postingan tersebut.
Equality Now, sebuah organisasi yang fokus memperjuangkan hak perempuan, pun mengapreasi keputusan tersebut.
Meski begitu, mereka mengatakan pelelangan ini bisa memberikan inspirasi kepada yang lain untuk mencoba menggunakan media sosial untuk mendapat mahar lebih besar bagi anak perempuan mereka.
"Facebook memiliki tanggung jawab untuk memastikan dan melindungi hak perempuan," kata Judy Gitau, seorang pengacara di Equality Now.
"Mereka harus menempatkan sumber daya yang cukup guna memantau apa yang ada di halaman mereka."
0 comments:
Post a Comment